Menjaga Eksistensi Pasar Rakyat Secara Online dan Offline

Di jaman yang serba digital ini, hampir semua lini kehidupan mengalami perubahan. Pun bidang ekonomi dan pedagangan. Pasar salah satunya. Sekarang ini, banyak pasar menjadi sepi lantaran banyak dibangunnya pasar modern, supermarket, hypermarket pun ditambah penjualan online merajalela. Pasar online atau shopping online menjadi tren baik di perkotaan dan pedesaan, sebagai akibatnya mal ataupun pasar banyak ditinggalkan bahkan tidak sedikit yang merugi.

Menghadapi hal ini Presiden Joko Widodo dalam Rakernas Asparindo (Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia) 2018 di Aryaduta Jakarta, Rabu (12/12/2018) menyatakan pasar rakyat harus terus diberikan perhatian agar bisa terus mempertahankan eksistensinya di tengah hadirnya supermarket dan hypermarket. Salah satunya dengan membangun ekosistem yang menghubungkan pasar offline dengan pasar online.

Dengan tema “Digitalisasi Pasar Rakyat”, Presiden Jokowi menandaskan dalam pidato pembukaanya bahwa pasar rakyat membutuhkan perhatian khusus agar eksistensinya bisa survive. Karena pasar menjadi tempat berkumpul berbagai produk dan hasil dari petani, nelayan, pengrajin dan peternak. Semua berkumpul di pasar rakyat. Menurut Presiden, pemerintah akan membuatkan ekosistem online dan offline. Tujuannya agar pasar yang offline bisa terhubung dengan pasar online. 

Presiden mengungkapkan perubahan perilaku konsumen pasar dengan kehadiran ekosistem online. “Sekarang mau makan sate tidak perlu datang ke warung sate, saya tinggal minta ke go food saja. Ini menyambungkan ekosistem offline di pasar dan ekosistem online. Semua produk di pasar bisa langsung dipesan dan sampai ke rumah dalam waktu tidak lebih dari 30 menit, dengan perbedaan harga seperti itu,” ungkap Presiden dalam pidatonya.

Menyikapi maraknya ekosistem online inilah, menurut Presiden, dalam empat tahun terakhir pemerintah sudah membangun infrastruktur pasar rakyat. “Sampai Tahun 2017 kita sudah membangun kurang lebih 2660 pasar. Pada Tahun 2018 sekitar 1500-an plus pasar-pasar di desa 6500 pasar desa. Meskipun pasar-pasar itu kecil-kecil namun sangat bermanfaat bagi bagi ekonomi di Indonesia,” jelas Presiden.

Mantan Walikota Solo menjelaskan dari sisi kompetisi, produk yang dijual di pasar rakyat bisa bersaing.  Semisal harga sayur di pasar tradisional lebih murah dibanding harga sayur di supermarket. “Artinya secara daya saing pasar kita menang, tapi minimal jangan dibiarkan kumuh, becek, tidak rapih dan tidak ada tempat parkir. Ini tugas dari kementerian, pemerintah, BUMD dan swasta untuk menarik konsumen untuk tetap ke pasar,” lanjutnya.

Selain menghimbau kementerian, pemerintah BUMD dan swasta untuk menarik konsumen, presiden juga meminta kepada Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara untuk membantu agar cara-cara pembayaran tanpa uang cash bisa ditempatkan di pasar-pasar. Di intervensi dengan pembayaran tanpa uang cash, diberikan pelatihan agar pasar rakyat bisa naik tingkat dan bisa bersaing dengan hypermarket dan supermarket.

Dalam acara tersebut Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Sekretaris Negara Praktino, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Ketua Umum Asparindo Joko Setyanto. [dbs]

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *